Sabtu, 29 November 2008

KADO UNTUK BUNDA


Duh, bingung nih, Ka…!!” Seru Dina pada Dika, adiknya semata wayang.

Bingung kenapa sih, mba?” Tanya Dika pada kakaknya.

Bentar lagi Bunda mau ultah. Masa kita nggak kasih kado ke Bunda…”

Bener juga yah, mba… Semenjak Ayah nggak ada, kita udah nggak pernah lagi kasih hadiah buat Bunda…”

Nah itu dia…”

GImana kalau kita beli kue tart aja?” Usul Dika.

Kue tart kan mahal… terus kita dapat uang darimana dong?” Tanya Dina lagi yang menanggapi usul dari Dika.

Yah, sudah dari 2 tahun yang lalu Ayah Dina dan Dika meninggal dunia. Ayah mereka meninggal karena kecelakaan. Sejak saat itu, Bunda Dina dan Dika harus bekerja keras untuk membiayai hidup mereka.

Awalnya Dina yang sekarang duduk di bangku SMU kelas 3, mau bersekolah sambil bekerja membantu Bundanya. Namun Bundanya melarangnya dengan alasan Dina harus belajar supaya pintar dan menjadi orang yang berguna di hari esok. Mau tak mau, Dinapun akhirnya mengurungkan niatnya.

Dan sejak 2 tahun itu, mereka hidup serba pas-pasan. Semua harta yang mereka miliki harus rela untuk dijual untuk modal usaha bagi Bundanya. Untungnya, modal itu bisa dikelola dengan baik dan hasilnya bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

Dan sekarang, Bunda mereka berulang tahun tepatnya yang ke-40. Dina dan Dika ingin sekali memberikan sesuatu yang sangat spesial buat Bunda mereka. Namun mereka masih bingung mau membelikan apa untuk Bunda tercinta.



Din, aku perhatiin kamu kok dari kemarin murung terus sih? Kamu lagi ada masalah?” Tanya Sella, sahabatnya.

Iyah, tapi bukan masalah besar sih…”

Emang masalah kaya apa? Cerita dong! Mungkin aku bisa bantu.”

Bunda bentar lagi ultah, Sel. Aku sama Dika pengin banget beliin hadiah buat Bunda. Tapi kita nggak punya uang banyak. Menurut kamu, kado apa yang murah tapi berkesan?”

Apa yah? Yang murah? Apa yah, aku juga bingung tuh!”

Hadiah nggak harus mengeluarkan uang loh?!” Bisik seseorang di belakang Dina.

Dion??” Kata Dina dan Sella serentak.

Maaf, tadi aku nggak sengaja dengerin percakapan kalian. Tapi kata-kataku barusan emang ada benernya juga loh…” Kata Dion lagi.

Iyah sih, tapi apaan dong?!” Tanya Dina bingung.

Sini deh, aku bisikin!!” Kata Dion lagi seraya mendekatkan mulutnya di tengah-tengah telinga Dina dan Sella.

ide bagus tuh!!” Teriak Dina dan Sella bersamaan.

Makasih yah. Ide kamu bagus. Ntar ku coba deh.” Jawab Dina seraya tersenyum manis pada Dion.

Dion adalah teman sekelas Dina dan Sella. Sudah lama Dion suka sama Dina. Dan Dionpun juga pernah 2 kali nembak Dina, tepatnya saat baru Dina duduk di bangku kelas dua dan beberapa bulan yang lalu. Namun saat itu pula Dina selalu menolaknya dengan tegas dan dengan alasan, dia tidak mau pacaran dulu selagi sekolah. Dia mau konsen dulu ke sekolahnya. Yah, walaupun sebenarnya Dina juga suka dengan Dion. Tapi, Dina melakukan semua itu semata-mata demi masa depan dirinya sendiri dan demi Sella. Karena sebenarnya Sella juga sudah dari kelas 1 suka sama Dion.

Sel, kamu mau bantuin aku nggak nyiapin semua ini?” Tanya Dina kemudian pada Sella.

Tentu aja.” Jawab Sella singkat.

Kalau dibolehkan aku juga mau bantu kamu.” Kata Dion lagi yang membuat Dina dan Sella saling tukar pandang.

Ehm…boleh aja kok. Ini kan juga ide kamu!” Jawab Dina lagi.

Emangnya ultah Bunda kamu kapan sih, Din?”

Minggu depan. Tepatnya tanggal 26 April.”

Eh, kalau nggak salah 26 kan hari sabtu. Dan kalau nggak salah lagi, bukannya kita libur?” Tanya Dion pada Dina dan Sella.

Bener juga. Tapi Bunda kamu berangkat kerja nggak?”

kayanya sih berangkat. Kalau cuma libur acara kaya gini sih biasanya berangkat. Jadi kita bisa nyiapin segala sesuatunya dari pagi sampe sore waktu Bunda pulang.”

Oke deh, kita omongin nanti lagi. Aku lapar nih, ke kantin yuk, Din!” Ajak sella seraya menatap Dina.

Yuk oh!!” Jawab Dina kemudian seraya menggendeng tangan Sella keluar dari kelas.



Seminggu kemudian, tampak Dina, Dika, Sella, dan Dion sedang sibuk di rumah Dina. Yah, hari ini tepatnya hari ulang tahun Bunda Dina dan Dika. Dan mereka semua sedang mempersiapkan sebuah kejutan untuk Bunda Dina dan Dika.

Tampak mereka sedang bekerja sesuai dengan tugas mereka. Dan haripun hampir sore. Sebentar lagi, Bunda pulang. mereka segera merapikan semuanya dengan kilat.



Assalamu’alaikum… Dina? Dika? Kalian dimana?” Teriak Bundanya yang baru saja pulang.

Dimana sih mereka? Kok sepi banget? Kalau mereka pergi, kok pintunya tidak dikunci, sih?” Gerutu Bundanya.

Segera saja, Bundanya mencari mereka di segenap sudut rumah. Dan akhirnya Bundanya menemukan mereka di ruang makan sedang berdiri menyambut kedatangan Bundanya dengan sebuah kue di tangan Dina.

Kalian?”

Selamat ulang tahun yah Bunda…” Kata Dina dan Dika bersamaan dan kemudian seraya mengecup kening Bundanya.

Selamat ulang tahun, tante.” Susul yang lain.

Kalian yang membuat semua ini?”

Iya Bunda. Kita yang beresin seluruh ruangan, kita juga yang masak ini semua, dan kita juga yang bikin kue.” Jawab Dina sambil tersenyum.

kalian hebat…”

Ini semua ide dari Dion loh, tante…”

Oh, makasih ya nak…”

Sama-sama tante.”

Maaf yah, Bun. Kita Cuma bisa ngasih ini buat Bunda, tadinya, mba Dina sama Dika mau beli kue tart. Tapi, uangnya nggak cukup.”

Nggak papa kok sayang… Bunda sudah sangat bahagia atas kado yang kalian sudah berikan.”

Bener Bunda?”

Iyar… ini adalah kado yang sangat berkesan buat Bunda…” Kata Bunda lagi.

Dan akhirnya mereka tertawa bahagia. Dan kemudian bersama-sama, mereka menyantap hidangan yang mereka buat sendiri.

Yah, memang benar. Kalau hadiah tidak selamanya menggunakan uang. Apapun bisa kita lakukan sebagai hadiah, untuk membuat orang lain senang.



CINTA??

Kau seperti bintang, yang selalu terangi malam-malamku…

Kau seperti malam, yang setia menemani mimpi indahku…

Kau seperti bunga, dan aku bagaikan lebah yang selalu mencarimu…

Biarpun hati ini luka, sakit, ataupun perih,

namun aku akan selalu mengagungkanmu…

Hingga siang berganti malam, bayangmulah yang selau kian hadir di pelupuk mataku…

Dan hingga seribu tahunpun, hanya namamulah yang kelak akan terukir selalu dihatiku…

Sambil tersenyum, Nena menutup SMS yang dikirim Dimas kepadanya. SMS yang ke seratus lima puluh kalinya itu, telah menggetarkan hatinya.

Dari siapa, Na? Dimas yah?” Tanya Vio sahabatnya. “Yaps. Yang ke seratus lima puluh!”

What? Masa sih? Emang kamu ngitung?”

Udah deh, nggak usah ngledek. Lagian tuh anak kurang kerjaan banget sih. Bingung deh apa maunya.”

Hellow… maunya udah jelas kali. Dia itu cinta sama kamu. Fall in love gitu.”

Kalau itu juga aku udah tau. Tapi kan aku udah pernah nolak dia. Nyampe dua kali malah! Tapi kok dia masih tahan juga.”

Iya juga sih. Tapi kenapa sih, kamu nggak terima dia aja. Dia orangnya baik tau, udah gitu sopan, romantis, dan tampangnya juga nggak jelek-jelek amat.”

Hey, aku nrima dia? Nggak banget deh!”

Loh, kenapa? Dia emang bukan tipe kamu banget sih…”

Nah itu tau. Kenapa tadi tanya!”

Ya sih, tapi apa salahnya kalau dicoba. Emang tipemu tuh yang kaya mana sih?”

Ehmm… yang kaya Brian dong…”

Huh, udah bisa ketebak. Kok bisa-bisanya yah, bule norak kaya gitu bisa digandrungi sama banyak cewek.”

Bule norak? Yang norak tuh kamu lagi. Nyatanya, dari beratus-ratus siswi yang ada disini, yang nggak suka sama dia cuma kamu aja. Ya kan? Padahal guru-guru disini pada ngefans sama dia.”

Glenn Fredly deh.” Ucap Vio dengan nada mengalah. “Maksudnya?”

Terserah kali yah… asal nanti jangan nyampe nyesel aja.



Suatu hari, Nena datang ke acara pengajian akbar yang ada di dekat kompleksnya. Tiba-tiba, sorot matanya berpapasan dengan sorot mata yang lain. Dan ternyata itu Dimas. Dimaspun tersenyum, namun diacuhkannya.

Saat acara makan snack dimulai, Dimaspun mendekati Nena.

Ngapain sih kamu ada disini?” Bentak Nena

Ya ikut pengajian juga lah. Lagian kan rumah aku juga kompleks sini.”

Huh, alasan aja. Awas yah, kalau macem-macem.”

Tenang aja, Na. Oya, kamu udah ambil minum belum? Biar aku ambilkan deh!”

Nggak usah yah. Aku bisa ngambil sendiri kok.” Jawab Nena seraya beranjak dari temapt itu segera.

Saat sedang minum, tak sengaja seseorang manabrak Nena sehingga air minumnya jatuh dan membasahi bajunya.

eh, maaf mba saya nggak sengaja.” Jawab Orang itu sambil terus berjalan.

Dasar orang nggak tau aturan! Tanggung jawab kek. Gimana nih, basah nih baju.” Ndumel Nena

Biar aku bantuin Na.” Kata seseorang saat itu juga yang ternyata itu Dimas.

Kerumah aku aja yuk. Nanti biar kamu pinjem baju kakak aku aja. Kakak aku kan juga cewek.”

Nggak makasih!! Mendingan langsung pulang deh!!” Kata nena acuh.



Nenapun langsung cabut pulang tanpa menunggu acara samapi selesai. Sesampainya dirumah, iapun langsung menyandarkan badannya di kursi. Sambil meregangkan urat sarafnya, Nena tampak seperti sedang mengingat-ingat sesuatu.

Oh my God!! Handphone aku mana?” teriaknya saat itu juga. Segera Nena membongkar isi dari tasnya. Namun ia tak menemukan handphonenya disana.

Tak lama kemudian, terdengar suara bel rumahnya berdentang. Segera ia berlari kedepan rumahnya untuk membuka pintu. Betapa kagetnya Nena. Ternyata itu Dimas.

Ngapain ada disini. Aku tau, rumah kamu deket dari sini. Tapi ini rumah aku, dan bukan rumah kamu.” Jawab Nena seraya bergegas menutup pintu rumahnya.

Tunggu, Na. aku cuma mau ngasih ini ke kamu kok.” Jawabnya tenang seraya menunjukkan apa yang mau diperlihatkannya pada Nena.

Hp ku… kok ada di kamu sih? Huh, pasti kamu yang ngambil ya?”

Maaf, Na. kamu jangan asal nuduh gitu dong. Aku tadi nemuin Hp kamu di tempat kita makan. Kayanya Hp kamu jatuh waktu kamu tabrakan ma tuh orang tadi deh. Ya terus aku bawa sini deh.”

Oh… ya udah deh, aku minta maaf yah. Sorry udah ngrepotin.”

Nggak kok. Ya udah deh, aku pulang dulu ya.”

Nggak mau masuk dulu nih?”

Lain kali aja, Na! aku udah ada janji. Aku pulang dulu ya.” Jawabnya seraya pamit.

Itulah awal pertemuan yang baik antara Nena dan Dimas.



Saat istirahat di sekolah, Nena menemui Dimas di kelasnya.

Dimas, ada yang mau aku omongin deh ke kamu.”

Oya? Apa?”

Ehmm…soal yang dulu-dulu aku minta maaf yah. Dan sejak kejadian di pengajian itu, aku tertarik sama kamu. Aku kayanya mulai suka deh sama kamu. Ehmm… gimana kalau kita jadian aja?”

Gimana yah?”

Aku nrima kamu kok.”

Makasih Na, kalau kamu juga suka sama aku. Tapi, kayanya kita nggak bisa pacaran deh.”

Loh, kenapa? Kamu udah nggak suka sama aku?” Tanya Nena bingung.

Nggak Na. sampai kapanpun hanya kamu yang ada dalam hatiku.”

Terus kenapa?”

“”Baru kemarin aku jadian sama Ayu. Dia teman sekelasku. Dia suka sama aku udah lama. Aku nggak tega kalau harus nolak dia.”

Apa? Terus cinta aku gimana?”

Maaf Na. sekali lagi maaf.”

Hancur hati Nena saat itu juga. Dia tidak mwngira sama sekali akan hal ini. Ternyata benar kata orang, kalu cinta nggak akan datang dua kali.

.



GURUKU GANTENG SEKALI


Eh Nat. aku denger katanya bu Mawar dipindahin ke sekolah lain yah?” Tanya Serra ketika bertemu denganku di koridor sekolah.

Bukan dipindahin. Tapi emang sengaja ngajuan diri buat pindah. Beda loh itu artinya.” Jawabku ketus.

Nenat! Kok jawabnya ketus gitu sih!”

Terus aku mesti jawab apa lagi. Lagipula, kan kamu yang udah buat dia nggak betah ngajar disini. Kamu kok bisa tega banget sih?!” Bentakku balik.

Hey, bu Mawar itu kan guru baru. Nggak seharusnya dia ngasih hukuman buat aku. Guru lama aja nggak berani kok. Harusnya, dia bisa lebih sopan lagi sama aku, kalau dia nggak mau dapet masalah.” Katanya santai

Terserah deh. Kamu tuh emang nyebelin tau!”

So what gitu loh?! Jawab Serra sambil berlalu pergi.

Serra itu sahabat kecilku. Dan aku sangat tau wataknya yang sangat keras. Apalagi sekarang di sekolah ini, ayahnya jadi donatur utama.

Tapi seharusnya dia nggak bersikap seperti itu terhadap para guru atau siapapun yang ada di sekolah ini. Dan gara-gara ulah dia,satu-persatu guru-guru disini pergi untuk pindah ke sekolah lain.



Pelajaran pertamapun dimulai. Tiba-tiba saja… masuklah seorang pria tampan ke kelas kami. Cool banget deh. Eh, nggak taunya, dia adalah guru baru disini sebagai pengganti bu Mawar. Kayanya semua mata para siswi di kelasku hanya tertuju untuknya. Lalu ku lihat Serra yang duduk di sebelahku. Ternyata ia juga sedang memandang ketampanan guru baru itu. Wow, kayanya awal yang baru nih!

Pagi anak-anak semua…” Kata guru tampan tersebut.

Pagi pak…” Sambut kami hangat.

Begini, saya adalah guru bahasa inggris yang baru disini. Tepatnya, untuk menggantikan bu Mawar yang telah pindah.” Serentak semua mata tertuju pada Serra.

Apa liat-liat?! Nggak suka!!” Bentak Serra.

Tenang semuanya. Kedatangan saya kesini bukan untuk buat keributan. Jadi tolong perhatikan yah.” Pinta beliau.

Perkenalkan nama saya Jeremmy. Dan kalian bisa memanggil saya cukup dengan pak Jimmy. Ehmm…mungkin ada yang mau ditanyakan?”

Rumahnya dimana, pak? Umurnya berapa, pak? Bagi-bagi no Hp dong pak… terus udah punya pacar belum pak?” Tanya salah seorang temanku yang ternyata itu Serra. Kembali semua mata tertuju pada Serra.

Kenapa? Nggak suka lagi?!”

“”Ehmm…Siapa nama kamu?” Tanya guru tampan tersebut.

Serra. Lengkapnya Serra Wibowo.” Jawab Serra bangga.

Ya. Saya sudah kenal kamu. Kita kan bertetangga.”

Oya, masa sih pak? Kok saya belum pernah liat bapak yah? Tanya Serra seraya berpikir.

Saya memang baru pindah. Tapi saya pernah liat kamu kok.”

Oya, lain kali saya boleh mampir dong, pak…”

Tentu saja. Buat kalian yang mau mampir kerumah saya juga boleh.”

Beneran nih, pak?” Tanya seorang siswa lagi.

Tentu saja! Tapi bawa makanan sendiri yah…” Canda beliau. Sontak seisi kelaspun tertawa.

Dan tak terasa, dua jampun telah selesai.



Saat jam istirahat…

Ra, kamu naksir yah sama pak Jimmy?” Tanyaku.

Ya iya dong. Cewek mana sih yang nggak suka sama dia. Matanya rabun kali.”

Yah, harus aku akui dia emang tampan. Banget malah.” Kataku lagi.

Eh, Nat. kayanya aku butuh les privat bahasa inggris deh sama dia.”

Apa?” Tanya kaget.

Iya, berhubung nilai bahasa inggris aku nggak bagus-bagus amat, aku mau minta pak Jimmy supaya mau jadi guru privatku. Dan dengan begitu, sekali dayung, dua sampe tiga pulau terlampaui.”

Maksudnya?”

Nenat… Gini loh, kalau aku bisa les sama dia otomatis aku akan dapet ilmu dong. Jadi pinter kan aku. Dan aku kan juga bisa sekalian ketemu dia terus. Dan memandang wajahnya yang sangat mempesona. Ya kan?”

He-eh, pinter idemu…”

Siapa dulu, Serra gitu loh.” Jawabnya sambil tertawa.

SURPRISE


Vi, pinjem PR kamu dong.” Kata Ria sesampainya ia tiba di kelas. Tapi aneh, Via bukannya menjawab tapi malah diam.

Vi, kok kamu diem? Kamu… nggak lagi marah sama aku kan?” Tanya Ria dengan suara lembut tapi takut.

Udahlah, Ri! Kamu nggak usah pura-pura baik lagi sama aku. Aku udah tahu semuanya!” Jawab Via dengan raut wajah merah penuh amarah. “Tahu apa?” Tanya Ria bingung nggak ngerti dengan kata-kata yang barusan dilontarkan oleh Via.

Kamu bilang, kamu dukung aku jadian sama Rido. Tapi apa buktinya?! Kamu juga malah pacaran sama dia!” Bentak Via sambil menangis. Belum sempat Ria menjawab tuduhan itu, Via mulai kembali menghujaninya dengan kata-kata yang sama sekali nggak dimengerti oleh Ria.

Apa ini perlakuan dari seorang sahabat?! Iyah?!” Bentak Via lagi. Kemudian Via segera berlari keluar kelas meninggalkan Ria yang sedari tadi hanya berdiri mematung.

Via dan Ria sudah bersahabat sejak masuk SMU. Kebetulan, hingga kelas tiga mereka selalu ditempatkan di kelas yang sama. Rido itu pacar Via yang juga teman kecil Ria.

Dan kini Ria bingung. Dia nggak pernah merasa mau merebut Rido dari tangan sahabatnya. Diingat-ingatnya lagi, kenapa Via bisa berkata begitu padanya? “Oh My God!!” Jerit Ria dalam hati.

Bel masukpun telah berbunyi. Murid-murid segera masuk ke dalam sangkarnya kembali. Begitu juga dengan Via. Ia kembali ke tempat duduknya. Yaitu disamping Ria.

Vi, ada yang mau aku jelasin ke kamu.” Kata Ria emulai pembicaraan.

Mau ngomong apa? Semuanya udah jelas!”

Kamu salah paham. Aku sama Rido hanya berteman biasa. Kamu sendiri taukan, kalau aku sama rido udah temenan dari kecil. So, aku nggak mungkin mau ngambil Rido dari kamu.”

Udahlah, mana ada sih maling yang mau ngaku?!”

Tapi ini bener, aku nggak bohong…” Kata Ria dengan raut muka yang memelas dan hendak seperti mau menangis.

Udah deh, Ri. Aku nggak mau ngobrol! Ntar kalau ketauan guru aku bisa kena hukum gara-gara kamu!”

Maaf…” Jawab Ria pendek.



Sepulang sekolah, Ria segera berlari mengejar Via yang sudah keluar duluan dari kelas. Ia hendak meminta maaf padanya. Ia ingin sekali Via mendengarkan apa yang sebenarnya terjadi.

Terlihat Via ada di depan gerbang sekolah bersama dengan Dika. Dia adalah cowok yang selama ini Ria suka. Ia jadi bingung bagaimana caranya meminta maaf pada Via yang sedang berbicara dengan Dika. Namun, ia tak mau ambil pusing. Ia segera berjalan melangkah ke samping Via.

Ada apa?” Tanya Via sinis.

Aku mau minta maaf lagi.” Jawab Ria pelan.

Minta maaf?! Gampang banget kamu minta maaf atas semua yang udah kamu lakuin ke aku.”

Tapi aku nggak nglakuin apa-apa.” Bantahku.

Ketawa-ketiwi sambil mesra-mesraan…apa itu semua belum cukup!”

Apa?! Mes…ra-mesraan! Aku nggak pernah kaya gitu apalagi sama Rido. Memangnya kapan kamu liat aku seperti itu?”

Emang sih bukan aku yang ngliat secara langsung…tapi ada yang ngasih tau aku kok!”

Siapa?” Tanya Ria kemudian.

DIKA!!” Jawabnya sambil menuding kearah Dika yang ada di depannya.

Dika?” Tanya Ria kaget. “Apa maksud kamu ngomong kaya gitu sama Via?”

Aku ngomong yang seadanya kok.”

Terus kamu percaya sama omongan Dika, Vi?” Tanya Ria pada Via. Belum sempat Via menjawab, Rido lewat dihadapan mereka bertiga.

Do, tolong kamu jelasin ke mereka semua kalau ini tuh nggak bener.” Kata Ria seraya memohon pada Rido.

Jelasin apa? Semua itu kan emang bener apa adanya. Dan gara-gara kamu, hubungan aku sama Via terancam putus!” Kata Rido seraya menuding Ria.

Riapun tak kuasa untuk berkata apa-apa lagi. Iapun akhirnya terduduk lemas dan akhirnya hanya menangis.

Tampak raut muka bingung dari wajah ketiga temannya saat melihat Ria menangis. Bukan ini yang mereka inginkan. Bukan tangisan. Tapi amarah!

Dik, gimana nih?!” Bisik Rido pada Dika yang ada disampingnya.

Mana ku tahu!” Balas Dika.

Duh, kalian nih gimana sih! Ria nangis tuh!” Kata Via panik.

Lalu mereka bertiga segera menghampiri Ria yang masih menangis.

Ri, maafin aku ya.” Kata Via mendekat dan memulai perbincangan.

Ri, jangan nangis dong… ini hanya sandiwara kok.” Kata Rido kemudian.

Iya, Ri. Kamu nggak salah kok. Kita yang salah. Kita minta maaf yah.”

Dan Riapun berhenti menangis. Di uasapnya airmata yang meleleh di pipinya. Dan kemudian berbicara di tengah teman-temannya itu.

Aku juga bohongan kok.” Kata Ria kemudian lalu disusul oleh gelak tawanya yang manis.

Jadi, tadi kamu…”

Iya. Aku cuma pura-pura nangis.” Kata Ria sambil tertawa.

Jadi kamu tau, kalau sebenarnya ini rencana kita?” Tanya Dika bingung.

Iyah. Aku ini kan anak teater, jadi nggak mudah dibohongin sama kalian.” Jawab Ria kesal.

Tapi kok kamu bisa tau?” Tanya dika lagi.

Ria gitu loh. Waktu kalian mulai mojokin aku, aku udah ngrasa pasti ada yang nggak beres. Makanya aku nangis waktu kalian udah mulai bener-bener mojokin aku.” Jawab Ria sambil tertawa.

Nggak sia-sia dong, kamu masuk klub Teaterl…” Ledek Rido.

Ria gitu loh!”

Yah, kita mau ngerjain orang malah dikerjain balik.” Kata Via seraya tertawa.

SURPRISE…” Teriak Ria diantara mereka.

CINTAKU BERSEMI di ANGKOT


Selasa pagi, 06.35 depan gang rumah

Sial!! Kenapa pagi ini aku apes banget. Udah alarm mati, dimarahin nyokap karena telat bangun, terus ketinggalan bokap yang udah dari tadi berangkat ke kantor!!

Jadi gini nih, mesti berangkat sendiri pake ANGKOT!!



Gea melambaikan tangannya pada angkot yang ke-7 yang lewat di depannya. Tapi tak satupun angkot yang berhenti. Semenjak tadi, tak ada satupun angkot biru-kuning yang menuju sekolahnya, mampu mengangkutnya untuk turut serta. Semuanya penuh!!

Gea memandangi sekelilingnya yang telah sunyi sepi. Kemudian ia melirik jam tangannya dan sesaat mendesah panjang. “Untung pelajaran pertama sosiologi. Pak Yanto kan baik, bilang aja aku nggak dapet angkot. He he he…” Pikir Gea. Tapi tetap saja, hatinya semakin cemas. “Nah, itu ada angkot lagi.” Kata Gea pelan. Segera saja, ia melambaikan tangannya lagi. Untung saja kali ini Tuhan masih berpihak padanya.



Selasa siang, 12.00 di kantin

Uuuuhhhhh… dasar bener-bener hari sial!! Udah dari tadi pagi nggak dapet angkot, eh, giliran dapet angkot, mesti bareng sama Leo. Anak kelas 2 IPA yang gayanya nyebelin abis. Seluruh dunia ini juga tau kalau aku benci banget sama tuh anak. Udah gitu, dia pake sok kenal gitu lagi. Tapi untung aja, tadi Pak Yanto belum masuk kelas. Jadi aman deh aku.

Rabu pagi, 06.45 di depan gang rumah

Sialan!! Kenapa aku harus naik angkot lagi?!. Padahal aku udah bela-belain bangun pagi biar bisa nebeng Bokap. Eh, nggak taunya bokap mau ke rumah sodara dulu yang rumahnya berlawanan arah sama sekolahku. Ya udah deh, nuggu angkot lagi.



Gea seneng, karena hari ini dia nggak perlu nunggu angkot lama-lama lagi. Karena angkot yang ke-2 nggak begitu ramai.

Geapun langsung duduk sembari merapikan rok abu-abunya. Sesaat itu juga terdengar suara seseorang yang menyapanya. “Hai Ge…”

Oh My God!” Pekik Gea dalam hati.



Ge, kok kamu bisa sih sesebel itu sama Leo?! Padahal dia itu baik loh,,, dah gitu cakep lagi…” Kata Dhini memulai pembicaraan.

Nggak tau juga deh. Yang jelas, aku sebel aja kalau ngliat dia. Penginnya, marah-marah aja gitu. Apalagi, semenjak anak-anak di kelas pada ngomongin dia. Bilang dia cakep lah, dia keren lah, dia baik lah, atau apalah gitu!”

Jangan-jangan kamu cemburu yah?”

What? Cemburu? Sama siapa? Lagian untuk apa? Leo? Ih, nggak bakalan deh!!” Jawab Gea sebal.

Ati-ati loh neng… Benci sama cinta itu beda-beda tipis loh…”

Apaan sih!”

Aku sih Cuma ngingetin aja sama sahabatku yang kayanya sebel banget sama tuh orang…”

Dah deh! Jangan ngomongin dia lagi! Males tau bawaannya!”

BRUKKK!!” Gea terjatuh dari tempat tidurnya. Ternyata itu semua hanya mimpi.



Kamis pagi, 06.15, di depan gang rumah

Jujur aku masih ngantuk berat. Lagian, mana sih, angkotnya…belum muncul juga? Kalau aku pikir-pikir, kenapa juga ya, aku mesti rela nunggu angkot sepagi ini hanya untuk bisa barengan sma orang yang paling aku sebel?

Gara-gara mimpi tadi malem itu, aku jadi mikir, apa bener yah aku suka sama Leo? Emang sih, dia itu lucu kalau di lihat-lihat. Tapi kan…



Ge…kamu mau ke sekolah kan?” Sapa seseorang di seberang jalan. Akupun segera melihat ke seberang jalan. “Leo?” Bisikku pelan. Kemudian dia segera menghampiriku dengan motornya. “Bareng sama aku aja, yuk! Kebetulan juga aku pake motor. Jadi kamu nggak usah nunggu angkot deh. Gimana, mau nggak? Aku bakalan seneng banget kalau kamu mau terima ajakanku.” Ajaknya. “Ehm…boleh deh!!” Jawabku senang.



Kamis siang, 12.00 di kantin

Nggak tau kenapa, hari ini aku seneng banget. Tadi waktu di perjalanan ke sekolah, kita ngobrolin banyak hal. Ternyata, Leo anaknya asik juga. Dan aku juga udah mulai mutusin, untuk hari esok dan seterusnya aku nggak boleh benci lagi sama Leo. Dan aku mau naik angkot setiap hari biar bisa barengan sama Leo… he he he…



Kakak Kelasku Idolaku…

20’08’2008

Dear Dairy, aku mau cerita sesuatu sama kamu… Cerita yang indah bagi aku dan nggak bisa aku lupain…

Langsung aja yah,


Ini semua berawal dari Kemah satu tahun yang lalu, saat aku masih duduk di bangku kelas 1 SMA. Teman-temanku yang setenda denganku selalu membicarakannya. Di dalam tenda, di waktu makan, waktu kegiatan, waktu mau mandi, bahkan waktu mau wudhu untuk sholatpun, pasti ngomongin dia mulu. Nyampe akhirnya aku sendiri bosen dengerinnya.

Namanya Eza. Dia kakak kelas aku di SMA ini. Dia juga dulu kakak kelas aku waktu masih SMP. Kalau dilihat-lihat tampangnya memang lumayan keren sih, tapi kelakuannya itu loh, bikin aku sebel banget. Narsis banget dia orangnya. Apalagi sekarang teman-temanku pada ngefans sama dia. Pasti kepala tuh anak jadi tambah gede deh.

Kaya sekarang ini, aku mau muntah waktu sahabatku, Dena lagi asik-asiknya ngomongin dia di depanku. Tambah eneg aja nih perut.

Kamu tau nggak, aku sekarang lagi sms-an sama cowok yang lagi ngetop loh di sekolah kita…”

Lagi ngetop? Emang siapa?”

Eza… masa kamu nggak tau sih, itu loh, kakak kelas kita yang lagi di omongin sama banyak anak di sekolah kita sekarang…”

Oh, Eza yang kepalanya peang itu yah? Terus yang badannya kaya tiang kurus kering itu yah?” Tanyaku lagi. Yah, itulah ledekan yang aku buat untuk dia. Emang nyatanya gitu sih. Dan aku pikir itu emang benar.

Ih, kamu gitu banget sih, Ya! ati-ati nanti kamu naksir dia loh!” Ledeknya.

Naksir? Sama cowok jangkung itu? Ih, nggak banget deh!” Balasku kemudian.

Sapa tau aja… kan bisa aja, dari sebel jadi suka gitu. Banyak kok orang yang kaya gitu.” Jawabnya ngeles.

Iya, tapi aku nggak bakalan. Lagian aku liat orangnya aja ogah, apalagi nyampe suka sama dia. Jadi nggak mungkin dong!” Jawabku sambil berlari meninggalkan temanku yang kayanya akhir-akhir ini kena demam anak-anak yang lagi pada ngefans sama tuh cowok jangkung itu.



Sebenarnya sih ada alas an lain kenapa aku bisa sebel sama tuh anak. Selain narsiz abis, dia juga Play Boy. Kok banyak yah, yang nge-fans sama dia? Dilihat dari apanya gitu loh? Amit-amit deh, bisa naksir sama cowok kaya gitu.



Kali ini tepat setahun dari saat-saat itu. Saat yang mana teman-temanku pada ngefans sama tuh orang yang ngakunya keren. Dan sekarang aku sudah kelas 2, dan aku mengikuti kemah lagi. Yah, aku menjadi anggota pramuka. Maka dari itu aku ikut kemah untuk mengikuti acara pelantikan.

Aku memang suka banget sama yang namanya kemah. Kegiatannya asik sih. Tapi kalau boleh jujur, sejujurnya saja aku takut. Aku takut banget yang namanya Wisata Malam. Itu loh, acara yang jalan-jalan waktu malam tiba. Sumpah deh, aku nggak berani.

Dan seperti saat ini, aku cerita sama sahabat-sahabatku, kalau aku berniat untuk pura-pura pingsan. Tapi nggak taunya, aku malah pingsan beneran… he he he…

Yah, saat sedang jalan satu-satu pada waktu WM, ada segerombolan anak yang mengagetkanku yang akhirnya membuat aku jatuh pingsan. Ternyata itu adalah anak-anak PMR yang iseng abis. Tapi untung aja deh, dengan adanya kejadian itu, aku nggak usah pura-pura pingsan lagi. Soalnya kan aku udah pingsan duluan.

Tapi kasihan juga mereka. Soalnya mereka harus menggotongku yang tiduran di drakbar untuk di bawa ke tempat bumi perkemahan. Bayangin aja, tempat aku pingsan tuh ada di dalam hutan. Udah gitu, jalannya nanjak lagi. Pasti tangan mereka pada pegel-pegel tuh. Tapi bodo amat… salah siapa pakai acara ngagetin orng segala, he he he…

Esok harinya di tenda PMR, aku di jemput oleh dua orang sahabatku. Mereka adalah Dena dan Silva. Sesampainya disana mereka malah ngetawain aku apalagi saat mereka melihat aku tengah tiduran di dalam tenda PMR. Dah gitu, mereka malah cerita macem-mecem sama anak-anak PMR tentang aku yang penakut dan merencanakan diri untuk pingsan. Gila!! Aku kan jadi malu banget. Apalagi ternyata, disitu ada Eza. Yups, dia adalah salah satu anggota PMR juga. Dan ternyata, dia juga yang udah ikut turut serta nggotong aku dri dalam hutan menuju ke tenda. Duh, aku kan jadi nggak penak gitu. Akhirnya aku langsung pergi aja deh dari tenda PMR ke tendaku tanpa mengucapkan kata terima kasihpun.



Hari-haripun berjalan dengan mulus. Dan sekarang aku sudah pulang dari kemah. Tapi nggak tau kenapa, kalau aku ingat saat-saat itu, rasanya aku seneng banget. Dan bahkan kayanya aku udah mulai ketularan penyakit yang disebarkan teman-temanku pada setahun yang lalu. Dan otomatis, akupun menceritakan semua yang aku rasakan pada Dena.

Tuh kan, aku juga bilang apa?! Ati-ati kalau ngomong! Sekarang kebukti kan, kalau kamu sekarang juga suka sama dia?!” Katanya kemudian saat aku mulai menjelaskan tentang perasaanku pada cowok itu.

Iya sih, ya abis mau gimana lagi dong…” Kataku seraya meminta pendapatnya.

Kamu mau minta nomornya?” Tanyanya padaku.

Hah? Ih, buat apaan?” Tanyaku balik.

Tuh kan, penyakitmu kumat lagi. Ya buat smsan lah. Dia anaknya asik kok. Lucu lagi. Emang sih, ada kalanya dia nyebelin gitu. Tapi, so far…dia oke kok.” Katanya lagi.

Gimana yah? Boleh deh.” Kataku kemudian.

Tau nggak sih teman, sejak saat itu aku mulai smsan sama dia. Dan ternyata benar, anaknya asik dan enak buat di ajakin ngobrol. Dan sekarang, aku lumayan deket gitu deh sama dia. Anaknya lucu, dan memang ngangenin. Rasanya kalau sehari aja nggak smsan sama dia rasanya gimana…gitu. He he he…

Semuanya berjalan dengan indah. Apalagi, waktu kejadian di kantin sekolah. Dia tersenyum senyum ke arahku. Tau nggak sih?! Itu senyum pertama yang dia berikan ke aku. Sumpah!! Aku nggak bisa ngelupainnya. Senyumnya…keren banget!! So sweet…

Dan senangku bertambah, saat dia mulai menyapaku. Oh my God!! Dia manggil aku… Dah gitu, dia juga pake ngajak ngomong aku segala di sekolah. Rasanya aku seperti fansnya dia yang paling bahagia. Tapi waktu dia ngajak ngomong aku, aku sedikit nggak konsen gitu. Abis, aku ngliatin tampangnya yang ternyata manis juga. Senyum yang waktu itu aja, belum bisa aku lupain. Sekarang,dia pake acara nyapa, apalagi ngobrol berdua.

Ya Tuhan… ini begitu sempurna buatku. Karena aku nggak pernah ngebayangin hal itu bakalan terjadi. Walaupun hanya sejedar seyuman, dan ucapan panggilan, tapi tetap aja itu udah sebagai salah satu anugrah yang tercipta begitu indah bagiku. Aku harap sih, semuanya bisa berlangsung lama. Supaya aku bisa have fun selalu…

Namanya juga harapan, nggak salah kan…


Ini dulu deh cerita dari aku. Pokoknya ya dairy, aku berharap kita akan terus sama-sama. Dan menghabiskan waktu ini bersama-sama.

Keys, udah dulu ya…aku ngantuk mau bobo…

Tha-Tha…












PACAR SEHARI


Beni” anak kelas XI SOS 3. Pengurus Koperasi, anak Rohis, anak OSN, Pintar, dan rajin. Siapa sih, yang nggak kenal sama dia. Berbeda sama pacarnya, namanya “Bintang”. Anaknya berisik, suka bikin ribut, nggak aktif di kegiatan sekolahnya dan nggak suka sama yang namanya “BELAJAR”. Tapi hebatnya, mereka berdua bisa jadian. Dan lebih hebatnya lagi, walaupun mereka pacaran, tapi anak-anak tuh nggak pada tau kecuali sahabat Bintang dan Beni sendiri.

Bintang, ntar malam kita belajar lagi yah. Ntar aku telpon kamu deh. Kalau gitu aku duluan yah.” Kata Beni pada Bintang sepulang sekolah.

BT...!!!” Teriak Bintang saat Beni sudah menjauh.

Napa sih Tang, kok marah-marah gitu? Kamu lagi kesel ya? Sama siapa?” Tanya Ine pada Bintang saat itu juga.

Iya, napa sih Tang? Cerita dong sama kita.” Kata Dea ikutan nyambung.

Aku sebel banget sama Beni. Dia tuh nggak mau ngertiin aku banget. Nggak kaya cowok-cowok yang lain. Masa tiap hari aku disuruh belajar. Belajar, belajar, belajar mulu. Aku bosen!!”

Ya kamu bilang dong sama Beni, kalau kamu…”

Ya nggak mungkin lah, aku ngomong gitu sama dia.” Jawab BIntang memotong kata-kata Dea.

Kenapa nggak mungkin?” Tanya Dea lagi.

Dea sayang, kalau aku ngomong gitu, nanti dia bisa tersinggung. Ntar ujung-ujungnya dia malah marah.”

Terus mau kamu gimana?” Tanya Ine kemudian.

Aku mau aku yang kaya dulu. Cerita sana-sini sama temen-temen aku, bercanda sesuka hati, main-main, pokoknya kaya dulu deh. Sebelum aku sama Beni jadian tepatnya.”

Ehm…gimana yah, kita juga nggak tau mesti gimana.” Jawab Ine datar.

Udah ah, jangan ngomongin dia lagi. Aku lagi nggak pengen ngomongin dia nih!” Bentak Bintang seraya melanjutkan jalannya yang sempat terhenti.

Eh, Bintang, tungguin kita dong.” Ujar Dea dan Ine bersamaan seraya mengejar Bintang yang sudah duluan berjalan.



Sore harinya di rumah Ine, Bintang diam bungkam seribu bahasa. Selama di rumah sahabatnya itu, ia hanya diam dan hanya membuka mulutnya kalau ada makanan datang. Tentu saja ini membuat Ine bingung habis-habisan.

Duh, Tang… Kamu tuh kenapa lagi sih? Dari tadi kok diem mulu? Jangan bikin aku tambah bingung dengan sikap kamu dong.”

Nggak tau lah, pusing!”

Pusing kenapa lagi? Jangan bilang kalau kamu lagi mikirin Beni.” Tebak Ine seakan tau apa yang sedang ada dalam pikiran sahabatnya itu.

Aku tuh lagi BT banget tau sama dia. Lama-lama aku bosen deh pacaran sama dia.”

Hah? Bosen? Perasaan kalian baru jadian sehari yang lalu deh, masa udah bosen?!” Tanya Ine yang kaget mendengar pernyataan dari sahabatnya yang satu ini.

Ya abis gimana dong. Jujur yah, baru kali ini aku punya cowok kaya dia.”

Emang salah dia apa sih?”

Dia nggak ada salah sih, tapi aku bosen aja. Tiap kali ketemu dia, ngobrol sama dia, bawaannya tuh bosen aja. Tiap kali ngobrol aja, paling-paling ngomongin pelajaran. Sumpah, aku eneg banget!”

Yah, terus mau kamu gimana? Putus? Baru jadian geto loh. Masa kita belum ngrasain m2mnya udah putus sih, nggak asik ah!” Kata Ine lagi seraya melempar bantal kearah Bintang.

Putus? Separah itukah?” Tanya Bintang pelan. Yang ditanyapun hanya geleng-geleng tanda nggak ngerti.



Malam harinya saat Bintang hendak tidur, terdengar bunyi tanda telepon masuk dari ponselnya. Tertulis pada layer, “Beni”. Bintangpun tampak berpikir sejenak, namun kemudian ia segera mengangkat telepon tersebut.

Assalamu’alaikum.”

Nggak ganggu kok. Lagian aku juga belum tidur. Kalau udah tidur, nggak mungkin aku angkat telepon dari kamu kan. Emangnya ada apa sih, Ben?”

Kalau mau ngomong ya langsung ngomong aja.”

Iya, aku nggak marah. Emang ada apa sih?”

Iya aku tau kalau kamu itu sibuk. Aku maklum kok. Emangnya kenapa?”

Hah? Putus? Ehm…maksudnya?”

Oh, gitu yah, iya aku ngerti kok.”

Nggak, tenang aja aku nggak marah kok.”

Ya udah, berarti mulai detik ini kita kaya dulu lagi yah, temenan.”

Iya, sama-sama. Ehm…Ben, udah dulu yah, udah malem aku ngantuk.”

C U. Wa’alaikum salam.” Ujar Bintang seraya memutuskan percakapannya dengan Beni.

Esok harinya di sekolah, saat Dea hendak masuk kedalam kelas, tangannya ditarik oleh Bintang ke ruang ganti. Tak ada satu detikpun, Bintang langsung menangis sejadi-jadinya yang bikin Dea jadi bingung berat oleh ulah sahabatnya kali ini.

Tang, kamu kenapa sih? Pagi-pagi udah nangis kaya gitu kaya banyak problem aja. Memang kamu ada masalah sama siapa? Ortu? Kakak? Atau siapa?” Tanya Dea detik itu juga.

Aku udah putus…!!!” Teriak Bintang seraya menangis.

Hah putus? Sama Beni? Kok bisa? Kalian kan baru aja jadian…” Tanya Dea kaget. Namun yang ditanya hanya menangis.

Terus, acara makan-makannya gimana?” Tanya Dea lagi.

Ih...Nyebelin banget sih, sahabat sendiri baru putus, udah ditanyain makan-makan.”

Ya, tapi bukannya kamu sendiri juga bilang kalau kamu bosen sama Beni. Apalag semenjak kalian jadian, dia nyuruh kamu belajar…terus. Jadi, nggak masalah kan, kalau kalian putus?”

Dea…Tapi yang aku mau nggak gitu.”

Terus apa?”

Balikan lagi, tapi dia jangan nyuruh aku belajar mulu…”

Ye…itu sih mau kamu, setidaknya ini jadi pengalaman buat kamu kan, pacaran tapi cuma sehari.” Kata Dea seraya berbisik di telinga Bintang, kemudian berlari meninggalkan Bintang yang masih menangis.

DEA…!!!” Teriak Bintang seraya mengejar Dea yang telah lari menjauh.







-